Senin, 26 Maret 2012

tanaman jagung

Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3


09E01219 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem jarak tanam dan Metode pengendalian gulma terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays L.) varietas DK3. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Namo Rambe, dimulai pada bulan Juni 2008 dan selesai pada bulan September 2008. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Petak Terpisah faktorial dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama sebagai petak utama adalah sistem jarak tanam terdiri dari 3 taraf yaitu satu baris (25 cm x 60 cm), dua baris (25 cm x 25 cm x 60 cm) dan baris segitiga (25 cm x 25 cm x 25 cm). Faktor kedua sebagai anak petak adalah metode pengendalian gulma terdiri dari 5 taraf, yaitu tanpa penyiangan, bebas gulma, pengendalian manual, pengendalian kimia dengan disemprot paraquat, dan pengendalian kimia dengan disemprot glifosat. Sistem Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 8 MST, produksi per tanaman, persentase jumlah tanaman bertongkol dua per tanaman, dan produksi per hektar, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 2, 4, dan 6 MST, jumlah klorofil, umur berbunga, bobot 100 biji, nilai indeks panen, persentase kerusakan tanaman jagung dan persentase pemulihan tanaman jagung. Metode pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 4, 6, dan 8 MST, umur berbunga, bobot 100 biji, produksi per tanaman, persentase jumlah tanaman bertongkol dua per plot, dan produksi per hektar, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 2 MST, jumlah klorofil, nilai indeks panen, persentase kerusakan tanaman jagung dan persentase pemulihan tanaman jagung. Interaksi antara sistem jarak tanam dengan metode pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap persentase jumlah tanaman bertongkol dua per plot dan produksi per hektar, tetapi tidak nyata terhadap tinggi tanaman 2, 4, 6 dan 8 MST, jumlah klorofil, umur berbunga, bobot 100 biji, produksi per tanaman, persentase kerusakan tanaman jagung dan persentase pemulihan tanaman jagung. This research is proposed to find out the influenced of row space system and method of weeding on growth and production of maize (Zea mays L.), DK3 variety. The research was held in Namo Rambe Village, started from Juni 2008 until September 2008. The design use Separated Design Frame with 2 aspects. The first aspect as a mainframe is row space system consist of three stages, those are single row (25 cm x 60 cm), double row (25 cm x 25 cm x 60 cm) and triangle row ( 25 cm x 25 cm x 25 cm). The second factor as subordinate frame is the method of weeding consist of five (5) method , without weeding, clean weeding, manual weeding, chemist weeding with glifosat and chemist weeding with paraquat. Row space system perform real effects to plant height 8 MST, production per plant, percentage of plant with two ears per plot, and production per hectare, but not gave any influenced to plan height 2, 4, and 6 MST, amount of chlorofil, 100 grain weight, harvest indeks, percentage of maize damage, and percentage of maize heal. The method of weeding really influenced on plant height 4, 6 and 8 MST old, age of tasseling, 100 grain weight, production per plant, percentage of plant with two ears per plot, and production perhectare, but not influenced on plant height 2 MST, amount of chlorofil, harvest indeks, percentage of maize damage and percentage of maize heal. The interaction between row space system with method of weeding give real effect on percentage of plant with two ears per plot and production per plant, but do not give real effect on plant height 2, 4, 6 and 8 MST, amount of chlorofil, age of tasseling, 100 grain weight, production per plant, production per hectare, harvest index, percentage of maize damage and percentage of maize heal. Ir. Edison Purba, Ph.D


Jagung merupakan tanaman pangan yang terpenting di masyarakat dunia selain gandum dan beras. Kandungan dari jagung sendiri memiliki karbohidrat yang mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Meskipun jagung mempunyai kandungan yang lebih rendah, namum jagung mempunyai kandungan protein yang banyak pula.

Di Indonesia, daerah penghasil utama budidaya tanaman jagung ada di Jawa, DIY, Nusa tengggara timur, Sulawesi Utara, Sulawei Selatan dan Maluku. Budidaya tanaman jagung dilakukan secara intensif karena kondisi tanah dan iklim yang mendukung dalam proses pertumbuhan.

Budidaya tanaman jagung harus dikembangkan, agar Indonesia bisa berkembang dan maju dalam sistem pertanian. Anda ingin budidaya tanaman jagung, mulailah dari sekarang karena budidaya jagung ada keuntungan yang sangat besar. Blogiztic.net akan mengupas cara budidaya tanaman jagung yang benar sebagai berikut.

Syarat benih yang diperlukan
Benih sebaiknya bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologi (benih hibryda). Daya tumbuh benih lebih dari 90%. Kebutuhan benih + 20-30 kg/ha. Sebelum benih ditanam, sebaiknya direndam dalam POC NASA (dosis 2-4 cc/lt air semalam).

Pengolahan lahan tanaman
Lahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya, sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dicangkul dan diolah dengan bajak. Tanah yang akan ditanami dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Setiap 3 m dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm, kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah dikapur (dosis 300 kg/ha) dengan cara menyebar kapur merata/pada barisan tanaman, + 1 bulan sebelum tanam. Sebelum tanam sebaiknya lahan disebari GLIO yang sudah dicampur dengan pupuk kandang matang untuk mencegah penyakit layu pada tanaman jagung.

Pemupukan tanaman
Dosis pemupukan jagung untuk setiap hektarnya adalah pupuk Urea
sebanyak 200-300 kg, pupuk TSP/SP 36 sebanyak 75-100 kg, dan pupuk KCl
sebanyak 50- 100 kg. Pemupukan dapat dilakukan dalam tiga tahap. Pada
tahap pertama (pupuk dasar), pupuk diberikan bersamaan dengan waktu
tanam. Pada tahap kedua (pupuk susulan I), pupuk diberikan setelah
tanaman jagung berumur 3-4 minggu setelah tanam. Pada tahap ketiga
(pupuk susulan II), pupuk diberikan setelah tanaman jagung berumur 8
minggu atau setelah malai keluar.

Cara penanaman tanaman
1. Penentuan Pola Tanaman
Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan :
- Tumpang sari (intercropping)
melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.
- Tumpang gilir (Multiple Cropping)
dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kedelai, kacang tanah, dll.
- Tanaman Bersisipan (Relay Cropping)
pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang.
- Tanaman Campuran (Mixed Cropping)
penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu.

2. Lubang Tanam dan Cara Tanam
Lubang tanam ditugal, kedalaman 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya jarak tanam semakin lebar. Jagung berumur panen lebih 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya 40×100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur panen 80-100 hari, jarak tanamnya 25×75 cm (1 tanaman/lubang). Panen <>E. Pengelolaan Tanaman

Penjarangan dan Penyulaman
Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.

Penyiangan tanaman
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.

Pembumbunan tanaman
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang.

Pengairan dan Penyiraman tanaman
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.

Hama pada tanaman
a. Lalat bibit (Atherigona exigua Stein)
Pengendalian yang harus dilakukan
- penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman.
- tanaman yang terserang segera dicabut dan dimusnahkan.
- Sanitasi kebun.
- semprot dengan PESTONA

b. Ulat Pemotong
Gejala: tanaman terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah, ditandai dengan bekas gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman yang masih muda roboh.
Pengendalian yang dilakukan
- tanam serentak atau pergiliran tanaman
- cari dan bunuh ulat-ulat tersebut (biasanya terdapat di dalam tanah)
- semprot PESTONA, VITURA atau VIREXI.

Penyakit pada tanaman
a. Penyakit bulai (Downy mildew)
Gejala: daun berubah warna menjadi kekuningan, bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati. Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm.
Pengendalian yang dilakukan
- penanaman menjelang atau awal musim penghujan
- pola tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas tahan
- cabut tanaman terserang dan musnahkan
- Preventif diawal tanam dengan GLIO

b. Penyakit bercak daun (Leaf bligh)
Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum.
Pengendalian yang dilakuakan
- pergiliran tanaman.
- mengatur kondisi lahan tidak lembab
- Prenventif diawal dengan GLIO

c. Penyakit karat (Rust)
Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan P.polypora Underw.
Pengendalian yang dilakukan
- mengatur kelembaban
- menanam varietas tahan terhadap penyakit
- sanitasi kebun
- semprot dengan GLIO.

d. Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut)
Penyebab: cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC.
Pengendalian yang dilakukan
- mengatur kelembaban
- memotong bagian tanaman dan dibakar
- benih yang akan ditanam dicampur GLIO dan POC NASA .

e. Penyakit busuk tongkol dan busuk biji
Penyebab: cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella zeae (Schw), Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme.
Pengendalian yang dilakukan
- menanam jagung varietas tahan
- pergiliran tanam
- mengatur jarak tanam
- perlakuan benih
- GLIO di awal tanam.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

Ciri dan umur jagung Panen
Umur panen + 86-96 hari setelah tanam. Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh (diameter tongkol 1-2 cm), jagung rebus/bakar, dipanen ketika matang susu dan jagung untuk beras jagung, pakan ternak, benih, tepung dll dipanen jika sudah matang fisiologis.

Cara pemanenan jagung
Putar tongkol berikut kelobotnya/patahkan tangkai buah jagung.

Pengupasan jagung
Dikupas saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai, agar kadar air dalam tongkol dapat diturunkan sehingga cendawan tidak tumbuh.

Pengeringan jagung
Pengeringan jagung dengan sinar matahari (+7-8 hari) hingga kadar air + 9% -11 % atau dengan mesin pengering.

Pemipilan jagung
Setelah kering dipipil dengan tangan atau alat pemipil jagung.

Penyortiran dan penggolongan jagung
Biji-biji jagung dipisahkan dari kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki (sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, dll). Penyortiran untuk menghindari serangan jamur, hama selama dalam penyimpanan dan menaikkan kualitas panenan.


Jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Namun samoai saat ini untuk memnuhi kebutuhan akan jagung kita masih harus mengimpor dari luar negeri karena produksinya belum mencukupi. Padahal ketersediaan lahan budidaya masih luas. Untuk menghasilkan produksi jagung yang tinggi diperlukan teknik budidaya jagung yang tepat.


Yang perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman jagung adalah:

# Tempat bertanam
Di Indonesia, jagung dapat ditanam di dataran rendah maupun tinggi. Lahan tempat bertanam akan berpengaruh terhadap perencanaan tanam

# Benih
Benih sebagai bahan utama atau modal pokok dalam budidaya jagung juga harus dipersiapkan. benih yang diperlukan biasanya dikaitkan dengan tujuan dan perencanaan penanaman

# Alat dan Tenaga Kerja
Manusia turut campur tangan dalam usaha penanaman hingga berproduksi, maka pencurahan tenaga memiliki arti penting di dalam proses budidaya jagung. Jumlah tenaga yang dibutuhkan bisa digantikan dengan alat atau mesin untuk mengintensifkan kerja


Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam budidaya jagung adalah sebagai berikut:

1. Pengolahan tanah
Mengolah tanah untuk media pertanaman dilakukan dengan cara membalik tanah dan memecah bongkah tanah agar diperoleh tanah yang gembur sehingga keadaan aerasi dapat diperbaiki.

2. Penanaman
Jagung ditanam untuk diambil hasilnya. Oleh karena itu penanaman jagung perlu memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi harapan produksi yang akan diperoleh. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan antara lain: waktu tanam, jarak tanam, cara menanam jagung, dll

3. Perawatan dan Pemupukan
Seperti tanaman budidaya yang lain, jagung juga perlu dirawat dan dipupuk supaya hasil panennya maksimal. Perawatan tanaman jagung bisa berupa membuang tanaman gulma yang ada di sekitar tanaman jagung, irigasi yang baik, serta pemberian pupuk sesuai kebutuhan.


4. Penentuan waktu panen
Hasil panen jagung tidak semua berupa jagung tua atau matang fisiologis, tergantung dari tujuan panen. Penentuan waktu panen untuk jagung tergantung dari jenis jagung yang ingin didapatkan, yaitu baby corn, jagung untuk sayur/rebus, dan biji kering

Tidak ada komentar:

Posting Komentar