Selasa, 27 Maret 2012

HmI fp UISU MEDAN,AKSI MENOLAK KENAIKAN BBM

tanaman kentang

TUGAS ,TBT TANAMAN HIAS
PRODUKSI KENTANG & TOMAT DI BERBAGAI KABUPATEN


OLEH
                          NAMA                             : SURIA PERKASA
                          NIM                                  : 1009000206
                          P. STUDY                        : AGROEKOTEKNOLOGI 
                         
UISU PERTANIAN












FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2012








PASURUAN - Peningkatan produktifitas pembenihan kentang berkualitas didaerah Pasuruan terus dikembangkan secara intensif oleh pemerintah daerah setempat melalui Dinas Pertanian kabupaten Pasuruan.
Karena, dari sektor pertanian kentang ini, dapat menyumbang sekira Rp280juta per tahun untuk pendapatan asli daerah (PAD).

Manager Pusat Pengembangan Pembenihan Kentang (P3K) dari Dinas Pertanian kabupaten Pasuruan Yuli Sungkowo menjelaskan, 50 persen hasil produksi kentang Jawa Timur dihasilkan oleh kabupaten Pasuruan.
Dari sekira tujuh ribu hektare lahan pertanian kentang di Jawa Timur yang menghasilkan 10.500 ton kentang pertahunnya, sekira 4.500 ton berasal dari Pasuruan yang dihasilkan dari tiga ribu hektar lahan pertanian kentang di wilayah dataran tinggi kecamatan Tosari, Pasuruan.

Lebih lanjut Yuli mengatakan bahwa Pasuruan dijadikan sebagai sumber atau sentra pembenihan kentang untuk memenuhi kebutuhan produksi kentang lokal agar permintaan pasar dapat terpenuhi.
Sehingga, secara otomatis dapat membendung masuknya kentang impor dari luar negeri, di mana secara tidak langsung juga meningkatkan perekonomian para petani kentang karena harga jual kentang yang stabil.

Dengan terjaganya stock bibit/benih kentang berkualitas, diharapkan peningkatan kapasitas produksi dan mutu hasil pertanian kentang dapat bersaing dengan kentang impor sehingga kedepannya kita dapat mengekspor kentang keluar negeri.

Sementara itu kepala dinas pertanian kabupaten Pasuruan HM Ichwan, Senin (5/3/2012) mengatakan bahwa dengan perbaikan sistem budidaya dari benih kentang lokal ke benih kentang yang berkualitas memang sedikit mengalami kendala dari cara pandang para petani yang masih mengandalkan cara konvensional dimana para petani tetap menggunakan benih/bibit kentang lokal secara terus menerus. padahal idealnya setelah 3-4 kali masa panen bibit kentang harus diperbaharui agar kapasitas dan mutu produksi dapat terjaga.

Di samping itu dengan penggunaan benih kentang berkualitas,peningkatan kapasitas produksi lebih tinggi. Sebagai perbandingan, dengan benih lokal dapat menghasilkan 10-15 ton kentang per hektarnya, sedangkan apabila menggunakan benih kentang berkualitas dapat menghasilkan 18-25 ton kentang per hektar.

Selain itu pengurangan biaya perawatan yang tinggi akibat penggunaan pestisida dapat ditekan karena benih kentang berkualitas lebih tahan penyakit.

"Untuk sementara ini pengembangan pembenihan kentang berkualitas, difokuskan pada varietas granola di mana jenis kentang granola yang merupakan kentang untuk sayur dan bukan jenis kentang untuk olahan masih mendominasi permintaan pasar," pungkas Ichwan.

Karanganyar (Espos)–Produksi kentang di Kabupaten Karanganyar, terutama di Kecamatan Jenawi, menurun hingga kisaran 50%.
Penurunan tersebut dipengaruhi oleh cuaca ekstrem yang tidak bisa ditebak, belakangan ini.
Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Bumi Aji, Sumadi, mengatakan, kondisi cuaca yang tak menentu, menjadikan produksi kentang tidak maksimal.
“Iklim itu kan tidak bisa ditebak, sebentar-sebentar hujan. Kami biasanya memanen kentang pada musim kemarau, sebab kentang tidak bagus kalau dipanen pada musim hujan seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi, kami juga tidak bisa mengendalikan iklim,” ujar Sumadi saat ditemui wartawan di sela-sela kegiatan panen kentang di Desa Anggrasmanis, Jenawi, Kamis (23/9) pagi.
Kentang yang bisa diproduksi satu hektare lahan yakni 20 ton, per tahun. Pendapatan per hektare yakni Rp 30 juta, dengan asumsi Rp 4.000 per kilogram kentang.
“Tapi dengan kondisi cuaca ekstrem seperti sekarang ini, mustahil untuk bisa meraih pendapatan yang banyak. Tidak seperti bawang atau kubis yang bisa cukup bertahan di cuaca yang berubah-ubah,” ujar Sumadi.
Bupati Karanganyar, Rina Iriani SR, yang turut serta dalam panen kentang di Anggrasmanis, memaklumi jika dalam
kondisi cuaca yang tak menentu, produksi kentang menurun.
“Masih syukur bisa panen dan memberikan penghasilan,” ujarnya.
kata kunci: kentang
Info Paskomnas.
Semua menjadi terkejut setelah sekitar 300 petani kentang dai kawasan pegunungan Dieng berdemo ke Jakarta Oktober lalu. Mereka menuntut pemerintah untuk menghentikan import kentang dari India, Bangladesh, China atau Korea yang lalu menyebabkan harga kentang di Pasar Induk turun drastic alias “jatuh”. Bagi konsumen, turunnya harga kentang dari sekitar Rp9.000,-/kg menjadi Rp6.000,-/kg dipasar eceran itu menjadi hal yang baik karena tidak memberatkan belanjanya. Namun bagi petani kentang di Dieng yang sudah lama “nyaman” dengan harga jual “tinggi” menjadi kaget. Kaget karena harga jual kentangnya ditingkat petani saat harga jatuh itu hanya sekitar Rp3.500,-/kg untuk mutu AB. Padahal para petani, yang rata-rata rumahnya bagus itu, sebelumnya biasa menjual kentang di desanya sekitar Rp5.500,-/kg. Kalau yang mutu AB saja Rp3.500,-/kg, itu berarti untuk harga rata-ratanya hanya sekitar Rp2.500,-/kg.
Soal turunnya harga kentang ditingkat petani, lalu petani menjadi kaget, sebenarnya bukan karena biasa dengan harga tinggi. Tetapi dengan harga kentang sekitar Rp3.500,-/kg untuk mutu AB itu, petani memang merasa rugi secara financial. Para petani bercerita, untuk budidaya tanaman kentang selama 4 bulanan itu, tiap hektar dibutuhkan biaya antara Rp 45.000.000,- hingga Rp54.000.000,-. Dengan hasil panen sekitar 18 ton mutu kentang campuran, berarti harga pokoknya (break event point/BEP) rata-ratanya sudah mencapai sekitar Rp 2.500 - 3.000,-/kg. Kalau harus ditambah bunga pinjaman + biaya pengelolaan oleh petani sekitar 50% dari BEP, petani harus menjual dengan harga rata-rata antara Rp 3.750 – 4.500,-/kg. Padahal dipasar induk, harga kentang import hanya dijual dengan harga borongan sekitar Rp 3.500,-/kg. Itu artinya kentang Dieng yang sebenarnya bermutu lebih bagus menjadi “kalah bersaing” dengan kentang import. Para konsumen agaknya belum begitu mempertimbangkan soal mutu, tetapi lebih pada soal harga, yang lebih murah yang diambil.

Kita harus “memang”
Itulah yang mesti menjadi semangat bersaing dari setiap pelaku bisnis. Termasuk bagi petani kentang yang harus terlibat dalam “agribisnis”. Untuk menang bersaing dalam menjual kentang, tetapi tetap masih untung, para petani harus meneliti penyebab kekalahannya dengan kentang import. Mari ditelusuri. Kentang import yang tempatnya jauh saja, kok dapat menjual murah (sekitar Rp3.000,-/kg) dipasar induk Indonesia, dan mereka pasti sudah untung. Kalau petani mau menang berarti harus mampu menjual sama atau sedikit dibawah harga kentang import. Kalau harga sama saja kentang Dieng tentu menang karena mutunya lebih baik. Dengan begitu berarti para petani Dieng harus mampu menurunkan biaya produksi, sehingga harga pokok/BEP-nya menjadi rendah. Selama ini petani Dieng memang ”mengeluh”, kalau biaya produksi semakin mahal.

Komponen biaya produksi kentang.
Secara analisa, biaya kentang terdiri dari 1). Biaya tetap (fixed cost), yang terdiri dari biaya tanah (nilai sewa, pajak, irigasi); dan biaya tenaga kerja tetap. Biaya tetap ini harus ada dan tidak dapat dihemat. 2). Biaya tidak tetap (variabel cost), yang terdiri dari : biaya sarana produksi habis pakai (bibit, pupuk, obat-obatan); biaya tenaga kerja lepas (untuk mengolah tanah, menanam, merawat, memanen); dan 3). biaya lain-lain (biaya bunga pinjaman, jasa orang ketiga dsb).
Untuk biaya tidak tetap dan biaya lain-lain inilah yang dapat diatur dan dihemat.
Dari banyak komponen biaya sarana produksi, yang mungkin dapat dihemat adalah biaya bibit. Setiap hektar, dibutuhkan bibit kentang 1.500 kg. Selama ini petani kebanyakan membeli dengan harga sekitar Rp12.000,-/kg. Harga ini cukup tinggi dan menempati sekitar 40% dari seluruh biaya yang diperlukan petani. Berdasarkan kajian dan pengalaman diberbagai sentra kentang (Modoending – Sulawesi Utara, Magelang - Jateng, Malang – Jatim), sebenarnya biaya bibit kentang itu dapat diturunkan menjadi hanya seharga sekitar Rp6.000 – 8.000,-, kalau petani mampu membuat bibit sendiri. Dengan begitu sebenarnya dapat dihemat sekitar Rp 5.000,-/kg atau sebesar Rp 7,5 juta/ha. Dengan penghematan ini berarti biaya produksi dapat turun menjadi hanya Rp37.500.000,-/ha sampai Rp 46.500.000,-/ha. Dengan produksi tetap 18 ton/ha berarti harga pokok telah turun menjadi Rp 2.083,50 s.d. Rp 2.583,50. Kalau ditambah 50% laba & bunga pinjaman, harga jual petani dapat menjadi Rp 3.125,- sampai Rp 3.875,-/kg. Dengan begitu, dengan efisiensi bibit saja, kentang Dieng sudah mulai dapat bersaing dengan kentang import.
Padahal masih ada ”pemborosan” lain selain bibit. Misalnya biaya pupuk organik yang ”mahal” karena harus membeli dari Jawa Timur. Biaya obat-obatan yang mahal karena cara penyemprotan yang salah (mestinya berbentuk kabut yang hemat, tetapi kebanyakan berbentuk butiran air menyembur yang boros). Biaya angkutan lokal dari tepi jalan kelahan produksi yang masih menggunakan tenaga manusia (disunggi atau dipikul, sehingga ongkos mahal). Hal ini karena tidak ada jalan usahatani yang dapat dilalui kendaraan angkut. Kalau masing-masing petani mau membuat jalan usahatani bersamaan, yang digunakan bersama, tentu akan ada penghematan biaya angkutan lokal.
Wah, kalau biaya pupuk organik, biaya obat-obatan & biaya angkutan itu dapat dihemat, maka harga pokok kentang Dieng sebenarnya dapat berada dibawah angka Rp2.000,-/kg. Itu tentu akan sangat ”kompetitif” menghadapi kentang import. Gampangnya, tanpa larangan import kentang-pun, kentang Dieng akan tetap laku dan menguntungkan
Lubukbasung, (ANTARA) - Dua produk asli dari Kecamatan Baso Kabupaten Agam, di antaranya tomat rasa korma dan dendeng daun singkong rasa paru, siap untuk bersaing di pasar Indonesia.
Dua produk yang dikembangkan oleh Kelompok Koastra di Nagari Tabek Panjang Kecamatan Baso ini, sudah berkembang semenjak tahun 2007.
Sedangkan pemasaranya sudah mencapi luar provinsi Sumbar dan luar negeri.
"Saat ini, pemasaran produk yang terbuat dari hasil pertanian di Kabupaten Agam ini sudah mencapai luar provinsi, seperti Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, Kepulawan Riau, Riau Daratan dan sampai ke Malaysia," kata Ketua Kelompok Koastra, Emmy (56), kepada antara-sumbar.com, Selasa (19/4).
Kata dia, dengan produk lokal yang masih dibilang baru ini, pihaknya optimis produk ini berkembang dengan baik.
Ia menambahkan, hasil produksi setiap harinya mencapai 20 Kg dengan jumlah pekerja sebanyak 20 orang.
Kata dia, dendeng daun singkong rasa paru ini dijual Rp200 ribu per kg. Sedangkan untuk tomat rasa korma dijual dengan harga Rp150 ribu per Kg.
Lebih lanjut dia mengatakan, proses pembuatan tomat rasa korma dan dendeng daun singkong rasa paru ini, diperoleh di Provinsi Jawa Barat. Namun produk ini bisa dikembangkan di Kabupaten Agam dengan alasan bahan baku untuk pembuatan produk ini banyak di Kabupaten Agam.
"Semenjak produk ini dikembangkan, banyak kabupaten dan kota di Sumbar mengunjungi lokasi pembuatan tomat rasa korma dan dendeng daun singkong rasa paru," ujarnya mengakhiri.
Malang(beritajatim.com) - Musim hujan membawa berkah bagi petani tomat sayur di Kabupaten Malang. Hingga pekan kedua Desember 2011 ini, Harga tomat sayur naik tajam lebih dari 7 kali lipat. Jika harga tomat sebelumnya hanya berkisar Rp 200 sampai Rp.2000 per kilogramnya, harga tomat saat ini sudah tembus Rp.7000 per kilogramnya.

Naiknya harga jual tomat dibenarkan Toha Maksum (42). Petani tomat di Dusun Patuk, Desa Sukolilo, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, merasakan untung ditengah musim hujan akhir-akhir ini.

Kata dia, meski hasil produksi tidak sebagus saat musim tanam, harga jual tomat saat ini cenderung mahal. "Ada kenaikan sampai 7 kali lipat. Saat ini, harga jual tomat perkilogramnya mencapai Rp.7000,' ungkap Toha, Jumat (16/12/2011) kala ditemui di ladang tomat miliknya.

Menurut Toha, pada akhir musim kemarau lalu, harga tomat jatuh. Perkilogramnya, hanya laku dua ratu rupiah saja. Dengan perbandingan itu, menjadikan petani tomat ketiban rejeki. Hanya saja, untung yang didapat petani, juga berdampak pada biaya produksi tanam.

setengah hektar ladang tomat, membutuhkan biaya produki berkisar Rp.10 juta. Ongkos itu lebih tinggi dikarenakan musim hujan seperti ini, buah tomat cepat membusuk. Pupuk yang digunakan juga cenderung mahal. Mengingat, tanaman tomat sangat rentan terserang penyakit jika ditanam pada musim hujan. "Kita gunakan pupuk yang mahal. Pasalnya, kandungan penyakit pada air hujan sangat tinggi. Belum lagi, tanaman tomat yang baru semai harus kita lindungi dari hujan," paparnya.

Toha menambahkan, jika dibanding musim kemarau, setengah hektar ladang tomat bisa menghasilkan 15-18 ton buah tomat. Hal itu berbeda dengan musim hujan ini yang hanya 5-10 ton saja. Namun begitu, harga jual jutru lebih mahal saat musim hujan. "Musim hujan cenderung mahal. Produki tanaman tomat dan resiko gagal panen juga tinggi. Tapi, tidak berpengaruh pada produksi kami karena biaya produksi besar, hasilnya juga lumayan karena keuntungan besar," pungkasnya

Senin, 26 Maret 2012

jagung

I. PENDAHULUAN
Di Indonesia jagung merupakan komoditi tanaman pangan penting, namun tingkat produksi belum optimal. PT. Natural Nusantara berupaya meningkatkan produksi tanaman jagung secara kuantitas, kualitas dan ramah lingkungan /berkelanjutan ( Aspek K-3).

II. SYARAT PERTUMBUHAN
Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 230 C - 300 C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
A. Syarat benih
Benih sebaiknya bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologi (benih hibryda). Daya tumbuh benih lebih dari 90%. Kebutuhan benih + 20-30 kg/ha. Sebelum benih ditanam, sebaiknya direndam dalam POC NASA (dosis 2-4 cc/lt air semalam).

B. Pengolahan Lahan
Lahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya, sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dicangkul dan diolah dengan bajak. Tanah yang akan ditanami dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Setiap 3 m dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm, kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah dikapur (dosis 300 kg/ha) dengan cara menyebar kapur merata/pada barisan tanaman, + 1 bulan sebelum tanam. Sebelum tanam sebaiknya lahan disebari GLIO yang sudah dicampur dengan pupuk kandang matang untuk mencegah penyakit layu pada tanaman jagung.

C. Pemupukan




Waktu

Dosis Pupuk Makro (per ha)



Dosis POC
NASA


Urea (kg)
TSP (kg)
KCl (kg)

Perendaman benih -
- -
2 - 4 cc/ lt air

Pupuk dasar 120 80 25
20 - 40 tutup/tangki
( siram merata )


2 minggu - - -
4 - 8 tutup/tangki
( semprot/siram)


Susulan I (3 minggu) 115
- 55

-

4 minggu - - -
4 - 8 tutup/tangki
( semprot/siram )


Susulan II (6minggu) 115 - -
4 - 8 tutup/tangki
( semprot/siram )



Catatan : akan lebih baik pupuk dasar menggunakan SUPER NASA dosis ± 1 botol/1000 m2 dengan cara :
- alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 lt air (jadi larutan induk). Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
- alternatif 2 : 1 gembor (10-15 lt) beri 1 sendok peres makan SUPER NASA untuk menyiram + 10 m bedengan.

D. Teknik Penanaman
1. Penentuan Pola Tanaman
Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan :
a. Tumpang sari ( intercropping ),
melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.
b. Tumpang gilir ( Multiple Cropping ),
dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kedelai, kacang tanah, dll.
c. Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping ):
pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang.
d. Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ) :
penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu.

2. Lubang Tanam dan Cara Tanam
Lubang tanam ditugal, kedalaman 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya jarak tanam semakin lebar. Jagung berumur panen lebih 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya 40x100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur panen 80-100 hari, jarak tanamnya 25x75 cm (1 tanaman/lubang). Panen <>E. Pengelolaan Tanaman
1. Penjarangan dan Penyulaman
Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.

2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.

3. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang.

4. Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.

F. Hama dan Penyakit
1. Hama
a. Lalat bibit (Atherigona exigua Stein)
Gejala: daun berubah warna menjadi kekuningan, bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati. Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm. Pengendalian: (1) penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman. (2) tanaman yang terserang segera dicabut dan dimusnahkan. (3) Sanitasi kebun. (4) semprot dengan PESTONA
b. Ulat Pemotong
Gejala: tanaman terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah, ditandai dengan bekas gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman yang masih muda roboh. Penyebab: beberapa jenis ulat pemotong: Agrotis ipsilon; Spodoptera litura, penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), dan penggerek buah jagung (Helicoverpa armigera). Pengendalian: (1) Tanam serentak atau pergiliran tanaman; (2) cari dan bunuh ulat-ulat tersebut (biasanya terdapat di dalam tanah); (3) Semprot PESTONA, VITURA atau VIREXI.

2. Penyakit
a. Penyakit bulai (Downy mildew)
Penyebab: cendawan Peronosclerospora maydis dan P. javanica serta P. philippinensis, merajalela pada suhu udara 270 C ke atas serta keadaan udara lembab. Gejala: (1) umur 2-3 minggu daun runcing, kecil, kaku, pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih; (2) umur 3-5 minggu mengalami gangguan pertumbuhan, daun berubah warna dari bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi; (3) pada tanaman dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua. Pengendalian: (1) penanaman menjelang atau awal musim penghujan; (2) pola tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas tahan; (3) cabut tanaman terserang dan musnahkan; (4) Preventif diawal tanam dengan GLIO

b. Penyakit bercak daun (Leaf bligh)
Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum. Gejala: pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat, bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun, semula bercak tampak basah, kemudian berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna coklat. Pengendalian: (1) pergiliran tanaman. (2) mengatur kondisi lahan tidak lembab; (3) Prenventif diawal dengan GLIO

c. Penyakit karat (Rust)
Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan P.polypora Underw. Gejala: pada tanaman dewasa, daun tua terdapat titik-titik noda berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini berkembang dan memanjang. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) menanam varietas tahan terhadap penyakit; (3) sanitasi kebun; (4) semprot dengan GLIO.

d. Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut)
Penyebab: cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC. Gejala: masuknya cendawan ini ke dalam biji pada tongkol sehingga terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall), pembengkakan ini menyebabkan pembungkus rusak dan spora tersebar. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) memotong bagian tanaman dan dibakar; (3) benih yang akan ditanam dicampur GLIO dan POC NASA .

e. Penyakit busuk tongkol dan busuk biji
Penyebab: cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella zeae (Schw), Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme. Gejala: dapat diketahui setelah membuka pembungkus tongkol, biji-biji jagung berwarna merah jambu atau merah kecoklatan kemudian berubah menjadi warna coklat sawo matang. Pengendalian: (1) menanam jagung varietas tahan, pergiliran tanam, mengatur jarak tanam, perlakuan benih; (2) GLIO di awal tanam.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

G. Panen dan Pasca Panen
1. Ciri dan Umur Panen
Umur panen + 86-96 hari setelah tanam. Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh (diameter tongkol 1-2 cm), jagung rebus/bakar, dipanen ketika matang susu dan jagung untuk beras jagung, pakan ternak, benih, tepung dll dipanen jika sudah matang fisiologis.

2. Cara Panen
Putar tongkol berikut kelobotnya/patahkan tangkai buah jagung.

3. Pengupasan
Dikupas saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai, agar kadar air dalam tongkol dapat diturunkan sehingga cendawan tidak tumbuh.

4. Pengeringan
Pengeringan jagung dengan sinar matahari (+7-8 hari) hingga kadar air + 9% -11 % atau dengan mesin pengering.

5. Pemipilan
Setelah kering dipipil dengan tangan atau alat pemipil jagung.

6. Penyortiran dan Penggolongan
Biji-biji jagung dipisahkan dari kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki (sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, dll). Penyortiran untuk menghindari serangan jamur, hama selama dalam penyimpanan dan menaikkan kualitas panenan.

tanaman jagung

Pengaruh Sistem Jarak Tanam Dan Metode Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Varietas DK3


09E01219 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem jarak tanam dan Metode pengendalian gulma terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays L.) varietas DK3. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Namo Rambe, dimulai pada bulan Juni 2008 dan selesai pada bulan September 2008. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Petak Terpisah faktorial dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama sebagai petak utama adalah sistem jarak tanam terdiri dari 3 taraf yaitu satu baris (25 cm x 60 cm), dua baris (25 cm x 25 cm x 60 cm) dan baris segitiga (25 cm x 25 cm x 25 cm). Faktor kedua sebagai anak petak adalah metode pengendalian gulma terdiri dari 5 taraf, yaitu tanpa penyiangan, bebas gulma, pengendalian manual, pengendalian kimia dengan disemprot paraquat, dan pengendalian kimia dengan disemprot glifosat. Sistem Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 8 MST, produksi per tanaman, persentase jumlah tanaman bertongkol dua per tanaman, dan produksi per hektar, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 2, 4, dan 6 MST, jumlah klorofil, umur berbunga, bobot 100 biji, nilai indeks panen, persentase kerusakan tanaman jagung dan persentase pemulihan tanaman jagung. Metode pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 4, 6, dan 8 MST, umur berbunga, bobot 100 biji, produksi per tanaman, persentase jumlah tanaman bertongkol dua per plot, dan produksi per hektar, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 2 MST, jumlah klorofil, nilai indeks panen, persentase kerusakan tanaman jagung dan persentase pemulihan tanaman jagung. Interaksi antara sistem jarak tanam dengan metode pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap persentase jumlah tanaman bertongkol dua per plot dan produksi per hektar, tetapi tidak nyata terhadap tinggi tanaman 2, 4, 6 dan 8 MST, jumlah klorofil, umur berbunga, bobot 100 biji, produksi per tanaman, persentase kerusakan tanaman jagung dan persentase pemulihan tanaman jagung. This research is proposed to find out the influenced of row space system and method of weeding on growth and production of maize (Zea mays L.), DK3 variety. The research was held in Namo Rambe Village, started from Juni 2008 until September 2008. The design use Separated Design Frame with 2 aspects. The first aspect as a mainframe is row space system consist of three stages, those are single row (25 cm x 60 cm), double row (25 cm x 25 cm x 60 cm) and triangle row ( 25 cm x 25 cm x 25 cm). The second factor as subordinate frame is the method of weeding consist of five (5) method , without weeding, clean weeding, manual weeding, chemist weeding with glifosat and chemist weeding with paraquat. Row space system perform real effects to plant height 8 MST, production per plant, percentage of plant with two ears per plot, and production per hectare, but not gave any influenced to plan height 2, 4, and 6 MST, amount of chlorofil, 100 grain weight, harvest indeks, percentage of maize damage, and percentage of maize heal. The method of weeding really influenced on plant height 4, 6 and 8 MST old, age of tasseling, 100 grain weight, production per plant, percentage of plant with two ears per plot, and production perhectare, but not influenced on plant height 2 MST, amount of chlorofil, harvest indeks, percentage of maize damage and percentage of maize heal. The interaction between row space system with method of weeding give real effect on percentage of plant with two ears per plot and production per plant, but do not give real effect on plant height 2, 4, 6 and 8 MST, amount of chlorofil, age of tasseling, 100 grain weight, production per plant, production per hectare, harvest index, percentage of maize damage and percentage of maize heal. Ir. Edison Purba, Ph.D


Jagung merupakan tanaman pangan yang terpenting di masyarakat dunia selain gandum dan beras. Kandungan dari jagung sendiri memiliki karbohidrat yang mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Meskipun jagung mempunyai kandungan yang lebih rendah, namum jagung mempunyai kandungan protein yang banyak pula.

Di Indonesia, daerah penghasil utama budidaya tanaman jagung ada di Jawa, DIY, Nusa tengggara timur, Sulawesi Utara, Sulawei Selatan dan Maluku. Budidaya tanaman jagung dilakukan secara intensif karena kondisi tanah dan iklim yang mendukung dalam proses pertumbuhan.

Budidaya tanaman jagung harus dikembangkan, agar Indonesia bisa berkembang dan maju dalam sistem pertanian. Anda ingin budidaya tanaman jagung, mulailah dari sekarang karena budidaya jagung ada keuntungan yang sangat besar. Blogiztic.net akan mengupas cara budidaya tanaman jagung yang benar sebagai berikut.

Syarat benih yang diperlukan
Benih sebaiknya bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologi (benih hibryda). Daya tumbuh benih lebih dari 90%. Kebutuhan benih + 20-30 kg/ha. Sebelum benih ditanam, sebaiknya direndam dalam POC NASA (dosis 2-4 cc/lt air semalam).

Pengolahan lahan tanaman
Lahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya, sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dicangkul dan diolah dengan bajak. Tanah yang akan ditanami dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Setiap 3 m dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm, kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah dikapur (dosis 300 kg/ha) dengan cara menyebar kapur merata/pada barisan tanaman, + 1 bulan sebelum tanam. Sebelum tanam sebaiknya lahan disebari GLIO yang sudah dicampur dengan pupuk kandang matang untuk mencegah penyakit layu pada tanaman jagung.

Pemupukan tanaman
Dosis pemupukan jagung untuk setiap hektarnya adalah pupuk Urea
sebanyak 200-300 kg, pupuk TSP/SP 36 sebanyak 75-100 kg, dan pupuk KCl
sebanyak 50- 100 kg. Pemupukan dapat dilakukan dalam tiga tahap. Pada
tahap pertama (pupuk dasar), pupuk diberikan bersamaan dengan waktu
tanam. Pada tahap kedua (pupuk susulan I), pupuk diberikan setelah
tanaman jagung berumur 3-4 minggu setelah tanam. Pada tahap ketiga
(pupuk susulan II), pupuk diberikan setelah tanaman jagung berumur 8
minggu atau setelah malai keluar.

Cara penanaman tanaman
1. Penentuan Pola Tanaman
Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan :
- Tumpang sari (intercropping)
melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.
- Tumpang gilir (Multiple Cropping)
dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kedelai, kacang tanah, dll.
- Tanaman Bersisipan (Relay Cropping)
pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang.
- Tanaman Campuran (Mixed Cropping)
penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu.

2. Lubang Tanam dan Cara Tanam
Lubang tanam ditugal, kedalaman 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya jarak tanam semakin lebar. Jagung berumur panen lebih 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya 40×100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur panen 80-100 hari, jarak tanamnya 25×75 cm (1 tanaman/lubang). Panen <>E. Pengelolaan Tanaman

Penjarangan dan Penyulaman
Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.

Penyiangan tanaman
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.

Pembumbunan tanaman
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang.

Pengairan dan Penyiraman tanaman
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.

Hama pada tanaman
a. Lalat bibit (Atherigona exigua Stein)
Pengendalian yang harus dilakukan
- penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman.
- tanaman yang terserang segera dicabut dan dimusnahkan.
- Sanitasi kebun.
- semprot dengan PESTONA

b. Ulat Pemotong
Gejala: tanaman terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah, ditandai dengan bekas gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman yang masih muda roboh.
Pengendalian yang dilakukan
- tanam serentak atau pergiliran tanaman
- cari dan bunuh ulat-ulat tersebut (biasanya terdapat di dalam tanah)
- semprot PESTONA, VITURA atau VIREXI.

Penyakit pada tanaman
a. Penyakit bulai (Downy mildew)
Gejala: daun berubah warna menjadi kekuningan, bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati. Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm.
Pengendalian yang dilakukan
- penanaman menjelang atau awal musim penghujan
- pola tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas tahan
- cabut tanaman terserang dan musnahkan
- Preventif diawal tanam dengan GLIO

b. Penyakit bercak daun (Leaf bligh)
Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum.
Pengendalian yang dilakuakan
- pergiliran tanaman.
- mengatur kondisi lahan tidak lembab
- Prenventif diawal dengan GLIO

c. Penyakit karat (Rust)
Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan P.polypora Underw.
Pengendalian yang dilakukan
- mengatur kelembaban
- menanam varietas tahan terhadap penyakit
- sanitasi kebun
- semprot dengan GLIO.

d. Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut)
Penyebab: cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC.
Pengendalian yang dilakukan
- mengatur kelembaban
- memotong bagian tanaman dan dibakar
- benih yang akan ditanam dicampur GLIO dan POC NASA .

e. Penyakit busuk tongkol dan busuk biji
Penyebab: cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella zeae (Schw), Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme.
Pengendalian yang dilakukan
- menanam jagung varietas tahan
- pergiliran tanam
- mengatur jarak tanam
- perlakuan benih
- GLIO di awal tanam.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

Ciri dan umur jagung Panen
Umur panen + 86-96 hari setelah tanam. Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh (diameter tongkol 1-2 cm), jagung rebus/bakar, dipanen ketika matang susu dan jagung untuk beras jagung, pakan ternak, benih, tepung dll dipanen jika sudah matang fisiologis.

Cara pemanenan jagung
Putar tongkol berikut kelobotnya/patahkan tangkai buah jagung.

Pengupasan jagung
Dikupas saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai, agar kadar air dalam tongkol dapat diturunkan sehingga cendawan tidak tumbuh.

Pengeringan jagung
Pengeringan jagung dengan sinar matahari (+7-8 hari) hingga kadar air + 9% -11 % atau dengan mesin pengering.

Pemipilan jagung
Setelah kering dipipil dengan tangan atau alat pemipil jagung.

Penyortiran dan penggolongan jagung
Biji-biji jagung dipisahkan dari kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki (sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, dll). Penyortiran untuk menghindari serangan jamur, hama selama dalam penyimpanan dan menaikkan kualitas panenan.


Jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Namun samoai saat ini untuk memnuhi kebutuhan akan jagung kita masih harus mengimpor dari luar negeri karena produksinya belum mencukupi. Padahal ketersediaan lahan budidaya masih luas. Untuk menghasilkan produksi jagung yang tinggi diperlukan teknik budidaya jagung yang tepat.


Yang perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman jagung adalah:

# Tempat bertanam
Di Indonesia, jagung dapat ditanam di dataran rendah maupun tinggi. Lahan tempat bertanam akan berpengaruh terhadap perencanaan tanam

# Benih
Benih sebagai bahan utama atau modal pokok dalam budidaya jagung juga harus dipersiapkan. benih yang diperlukan biasanya dikaitkan dengan tujuan dan perencanaan penanaman

# Alat dan Tenaga Kerja
Manusia turut campur tangan dalam usaha penanaman hingga berproduksi, maka pencurahan tenaga memiliki arti penting di dalam proses budidaya jagung. Jumlah tenaga yang dibutuhkan bisa digantikan dengan alat atau mesin untuk mengintensifkan kerja


Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam budidaya jagung adalah sebagai berikut:

1. Pengolahan tanah
Mengolah tanah untuk media pertanaman dilakukan dengan cara membalik tanah dan memecah bongkah tanah agar diperoleh tanah yang gembur sehingga keadaan aerasi dapat diperbaiki.

2. Penanaman
Jagung ditanam untuk diambil hasilnya. Oleh karena itu penanaman jagung perlu memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi harapan produksi yang akan diperoleh. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan antara lain: waktu tanam, jarak tanam, cara menanam jagung, dll

3. Perawatan dan Pemupukan
Seperti tanaman budidaya yang lain, jagung juga perlu dirawat dan dipupuk supaya hasil panennya maksimal. Perawatan tanaman jagung bisa berupa membuang tanaman gulma yang ada di sekitar tanaman jagung, irigasi yang baik, serta pemberian pupuk sesuai kebutuhan.


4. Penentuan waktu panen
Hasil panen jagung tidak semua berupa jagung tua atau matang fisiologis, tergantung dari tujuan panen. Penentuan waktu panen untuk jagung tergantung dari jenis jagung yang ingin didapatkan, yaitu baby corn, jagung untuk sayur/rebus, dan biji kering

pestisida organik part 2

Pestisida Organik

Pendahuluan



Daun Mimba Biji mimba Serbuk Biji Mimba

Sampai saat ini pestisida kimia masih merupakan satu-satunya senjata pamungkas petani untuk pengendalian OPT di lahan pertanian, karena mudah didapat, tidak repot, dan hasilnya segera dapat dilihat. Penggunaan pestisida oleh petani cenderung sangat berlebihan, sehingga berdampak negatif terhadap konsumen maupun ekosistem pertanian.

Salah satu cara alternatif untuk mengurangi pencemaran lingkungan adalah dengan penggunaan pestisida nabati. Prinsip penggunaan pestisida nabati tersebut hanya untuk mengurangi, dan bukan untuk meninggalkan pemakaian pestisida kimia, karena efektivitasnya juga masih di bawah pestisida kimia.

Indonesia memiliki flora yang sangat beragam, mengandung cukup banyak jenis tumbuh-tumbuhan yang merupakan sumber bahan insektisida yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama. Lebih dari 1500 jenis tumbuhan di dunia telah dilaporkan dapat berpengaruh buruk terhadap serangga. Di Indonesia terdapat 50 famili tumbuhan penghasil racun. Famili tumbuhan yang dianggap merupakan sumber potensial insektisida nabati adalah Meliaceae, Annonaceae, Asteraceae, Piperaceae dan Rutaceae.
Baca selengkapnya...


Bahan Baku Pestisida Organik 2



Biji Bengkuang







Daun Sirsak


Selanjutnya >>>

Bahan Baku Pestisida Organik

Aman dan Ramah Lingkungan

Pestisida Organik ini dikenal juga dengan pestisida nabati atau pestisida organik. Merupakan bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan yang bisa digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan. Pestisida nabati ini bisa berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh, dan bentuk lainnya.

Secara umum, pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya dari tumbuhan yang relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan terbatas. Karena terbuat dari bahan alami atau nabati, maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai (bio-degradable) di alam, sehingga tak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan, karena residu (sisa-sisa zat) mudah hilang.

Indonesia ada banyak jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati. Bahan dasar pestisida alami ini bisa ditemui di beberapa jenis tanaman, dimana zat yang terkandung di masing-masing tanaman memiliki fungsi berbeda ketika berperan sebagai pestisida. Dalam fisiologi tanaman, ada beberapa jenis tanaman yang berpotensi jadi bahan pestisida. Apa saja tanaman itu?

pestisida organik

Pestisida organik merupakan pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan maupun hewan. Pestisida organik relatif mudah dibuat dengan penggunaan bahan-bahan yang ada disekitar kita. Oleh karena terbuat dari bahan organik maka pestisida ini bersifat mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan. Dalam pengaplikasiannya pun pestisida organik ini relative aman bagi petani.

Meskipun namanya pestisida organik, bahan-bahan yang digunakan untuk beberapa ramuan masih mengandung unsur lain seperti sabun detergen yang fungsinya sebagai pencampur dan peningkat daya bunuh. Namun demikian, prosentasi bahan tersebut sangat kecil dan masih dibawah ambang bahaya, baik terhadap tanah maupun manusia.

Ramuan untuk Hama Wereng

A. Bahan
1. Daun sirsak 1 genggam
2. Rimpang jeringau 1 genggam
3. Bawang putih 20 siung
4. Sabun colek 20 gram
5. Air 20 liter

B. Cara Pembuatan
Daun sirsak, rimpang jeringau, bawang putih ditumbuk sampai halus, lalu campurkan dengan sabun colek. Campuran tersebut direndam dalam 20 liter air selama dua hari. Setelah itu larutan disaring dengan kain halus.

C. Cara Pengaplikasian
Setiap 1 liter air saringan diencerkan dalam 15 liter air, lalu disemprotkan merata ke bagian bawah tanaman padi.


Ramuan untuk Hama Walang Sangit, Penggerek Batang dan Ganjur

A. Bahan
1. Daun mimba 1 kg
2. Daun mindi 1 kg
3. Sereh 2 batang
4. Bawang putih 10 siung
5. Bawang merah 10 siung
6. Jahe 1 jari jempol
7. Kunyit 1 jari jempol
8. Kencur 1 jari jempol
9. Alkohol 100 cc
10. Cuka 100 cc
11. Air cucian beras 1 liter

B. Cara Pembuatan
Daun mimba, daun mindi, bawang putih, bawang merah, jahe, kencur, kunyit, dan sereh ditumbuk hingga halus. Hasil tumbukan bahan-bahan tersebut dimasukkan kedalam air cucian beras yang sudah dicampur dengan alkohol dan cuka. Campuran tersebut dibiarkan selama 2 minggu. Setelah itu, airnya disaring.

C. Cara Pengaplikasian
Setiap 0,25 liter cairan rendaman dicampur dengan 10 liter air, lalu disemprotkan ketanaman padi.


Ramuan untuk Penyakit Bercak Coklat, Blas dan Tungro

A. Bahan
1. Urin sapi 2 liter
2. Daun mimba 1 genggam
3. Daun tembakau 1 genggam
4. Kunyit 1 genggam
5. Air 12 liter

B. Cara Pembuatan
Daun mimba, daun tembakau, dan kunyit dihaluskan. Setelah itu, bahan dimasukan dalam 12 liter air dan dibiarkan selama 14 hari. Selanjutnya, air rendaman ramuan tersebut disaring dan dicampur 2 liter urin sapi. Sebelum digunakan, urin sapi ini harus diendapkan terlebih dahulu selama 14 hari.

C. Cara Pengaplikasian
Pengaplikasian ramuan pestisida ini dilakukan dengan cara disemprotkan pada tanaman yang terserang penyakit tungro atau bercak cokelat tanpa harus diencerkan terlebih dahulu.

Sumber : Andoko, Agus. 2002. Budi Daya Padi Secara Organik. Jakarta : Penebar swadaya.